Beranda

Senin, 13 Mei 2013

Berbeda. "Awal Perpisahan"

       "Aku tunggu kamu di sini." Fitri memeluknya dengan dengan kencang. Tanpa pergerakan sedikit pun dari Satria. Fitri berbicara di telinganya dengan lembut. Hanya tatapan indah yang di terima oleh Fitri, yang perlahan dinikmatinya tanpa sedikitpun sendu yang dirasa. Begitu sebaliknya. Hingga Satria mampu berpikir dan mengatakanya dalam relung jiwa yang hanya hatilah yang dapat mendengar. 'Aku akan terus berada disini. Di hatimu yang lembut sampai tak tau lagi kapan kita akan berpisah'.

      Sore ini Fitri benar-benar harus meng-iya-kan bahwa kekasihnya harus pergi. Fitri adalah wanita yang sangat menyayangi Satria.Sudah hampir 3 tahun mereka bersama. Rasa takut kehilangan sering mereka jumpai di setiap waktu, selebih lagi ketika mereka tak bertemu kembali.

     Kota yang mengharuskan jauh berbeda membuat mereka saling bertanya. Terutama Fitri yang selalu bertanya besar hingga sering kali membuat hatinya lalu lalang, menyendiri, terdiam berpikir hal banyak yang amat sangat buruk. Sering terlintas di pikiranya; 'Dia yang ku sayang, akankah selalu memikirkan-ku di tempat yang berbeda?'' tak yakin di dalam dirinya. Satria yang bersikap baik pada wanita menurut Fitri membuat Fitri semakin takut akan apa yang nanti bisa di lakukan satria hingga mengecewakanya.

      Beberapa kali Fitri mengungkapkan padanya bahwa dirinya tak ingin kehilangan sosok yang di dambakannya. Senyuman lah tanggaap-nya.

***
     "Enggak pernah gue ngerti setiap kali gue bertanya hal itu sama dia." Fitri bercerita kepada ku. Saat ku menemuinya beberapa hari setelah satria sudah tak lagi di kota ini.
      "Dia cuma senyum, dan gue ragu". lanjutnya.
     Aku melihatnya bercerita, dan terpancar jelas fitri merasakan keraguannya walau dirinya senang tetap bersama Satria hingga selama ini. Dan terlihat jelas juga bukan hanya kegelisahan itu yang menyiksanya menjadi sebuah pertanyaan keras. Ada kegelisahan yang lebih besar dari ini..
       "Percaya padanya, Tidak akan pernah mulai sebelum ada yang memulainya" Singkat jawab ku. Fitripun termenung diam. Benar saja dugaku, bukan hanya itu yang ada dalam kegeliasahanya.
         "Ada yang jauh sering gue takutin." Sahutnya.
        "Apa?"
        "Waktu yang tepat di mana gue dan satria benar-benar terpisah." Air matanya pun mulai rintik.
        "Waktu di mana kita emang enggak akan bisa bersatu lagi. Gue baru beberapa tahun sama Satria.. tetapi gue dan agama gue? Sudah sejak lahir hingga saat ini." Suara hatinya mulai meluap.
         "Gue enggak bisa ninggalin agama gue dan Satria-pun begitu".
 Aku pun terdiam.
      Dan kini, pertanyaan ini menjadi pertanyaan ku. Jujur aku orang yang belum paham atas dasar apa Tuhan menciptakan cinta yang seutuhnya namun tetap tidak bisa disatukan. Apakah ini masih dapat di katakan cinta? Dimana dua anak manusia di pertemukan dalam kepercayaan yang "mungkin" berbeda lalu di pisahkan. Sudahlah aku tak mengerti. Aku percaya rencananya jauh lebih indah.

Minggu, 12 Mei 2013

Pertama kali coba nulis.

Gue pernah punya blog. Gue baru pertama kali punya blog itu sekitar tahun 2010 sebelum jamanya anak gaul mencuat ke permukaan bumi dan itu bukan blog pribadi gue. Awalanya sih gue iseng pengen punya blog, walaupun gue agak beloon tentang apa itu blog, intinya gue pengen punya blog.

Sampai suatu saat gue bener-bener deh menyerahkan diri untuk buat blog gara-gara gue sempet liat temen gue nulis di salah satu blognya (kesanya blognya banyak banget) dan blognya menurut gue keren banget. Isi tulisanya sih enggak keren-keren banget *maapin ya* tapi gaya tulisanya broo yang keren dan gaul banget.. huruf A jadi angka 4, B jadi angka 8 dan tulisnya gede kecil gede kecil *maap enggak maksud bongkar* . Sempet pusing bacanya sih, tapi menurut gue di jaman itu keren banget sampe akhirnya gue juga buat blog satu tahun kemudian dengan versi orang normal. M4KsUD LO3 GhUE KUR4NG N0Rm4L?!! *temen alay gue nyaut*

Gue coba-coba nulis tulisan pertama gue dan itu keren banget.. mudah-mudahan. Meskipun dari awal gue udah pusing buat mikir apa yang gue tulis dan galau setengah mampus.. gue diem di depan notebook gue di rumah enggak tau mau nulis apa. sampai sempet-sempetnya gue keringet dingin dan pengen buang air besar.. sayangnya pas itu Reza (saudara gue) lagi di kamar mandi, buang air besar juga.. gue gebrak pintunya, gue suruh keluar si reza dan gue buang air besar di kamar mandi dan si Reza akhirnya keluar. si Reza tetep buang air besar.. tapi di halaman depan rumah. Karena kamar mandi gue cuma satu.

Nahh akhirnya gue dapet bahan buat nulis di blog gue dengan pemikiran yang cukup normal. W0Y NG4T4IN gU3 L4gI?!! *temen alay gue nyaut lagi*.
Sedikit lama sih gue mikirnya tapi enggak apa-apa yang penting gue dapet ide. Tulisan gue sih enggak bagus-bagus banget, tapi banyak yang bilang keren pas udah gue post. Setelah satu minggu gue tunggu ada berapa orang yang baca blog gue dan ternyata.. enggak ada yang baca. Gue bingung kenapa enggak ada yang baca(?) pas gue cek blog gue lagi ternyata tulisan gue emang bener-bener ke post.. tapi di draft. Sial bunuhh aja gue!! .

Setelah tau itu, kali ini gue bener-bener mau ngepost dan bukan di draft. Akhirnya gue terbukti dan tulisan gue bener-bener emang normal. NgT4in l4gI k4n!?? *si alay nyaut* Ehk 4laY S3nsi bGt loee!? (eh maap jadi alay juga).

Di postingan gue pertama. Gue sempet dapet coment yang kaya gini; "Tulisan lo keren, gue banget." Ada juga yang kaya gini "Tulisan lo nyentuh banget.". Nah ada yang  coment aneh juga kaya gini "Tulisan lo kaya pernah gue denger." ( WOY!! Ini tulisan apa siaran Radio!? ). Dan ini yang terkahir yang sempet gue baca. gue mau ngasih tau tapi jangan bilang-bilang ya? oke comentnya kaya gini.. "Tulisan lo lirik lagu ya?" sip! ketahuan tulisan di blog pertama gue itu lirik lagu.

Tamat.

Udah sampa disini dulu ceritanya. tunggu di tulisan berikutnya :)

Kamis, 09 Mei 2013

Ego dan Logika

        Mungkin ini yang di namakan pelajaran; Ku coba secangkir kopi hangat di meja pada pagi hari. Rasanya nikmat.. Tidak perlu bepuluh-puluh menit semuanya terprosses, tapi entah mengapa yang kurasa tidak senikmat awal. Meskipun tetap hangat tapi secangkir kopi ini jadi cepat habis,mungkin karena aku terus ingin merasakan kehangatan. Dan kekecewaan ku timbul.Esoknya,kubuat secangkir Kopi lagi . Kekecewaan ku tak ingin ku alami kembali. Aku tak ingin secangkir Kopi ini menjadi cepat habis (lagi). Ku minum dengan berselangnya waktu. Tp hasilnya, (lagi-lagi) mengecewakan.. Secangkir Kopi menjadi tidak enak,karena sudah tidak hangat.

     Mengapa kisah cinta ini semacam "Secangkir Kopi". cinta ini terus ingin ku nikmati ketika menggunakan hati. Kenyataanya; kisah cinta ini begitu cepat, dan tak dapat ku nikmati kembali. Begitu pula ketika logika ini mencoba untuk jauh lebih menjaga,dan menahan waktu, agar kisah ini tak secepat kemarin. Namun kenyataanya; Rasa cinta ku ini mudah luntur,dan hilang. Karena cinta ku terlahap oleh waktu.

" Buat lah cinta menjadi tidak terburu-buru. Agar cinta tidak terlalu cepat untuk dilewatkan, dan jangan juga buat kisah cinta menjadi terlalu lama, bisa-bisa rasa cinta menjadi pudar karena terlalu lama di diamkan. Kisah cinta harus pada PORSINYA, tidak terlalu cepat,dan terlalu lama "

Rabu, 08 Mei 2013

Tersentak

Lagu sendu terdengar jelas. Memusnahkan canda riang ku pada segelintir kaum baik yang ku banggakan. Aku terdiam. Mendengar rintihan penyanyi yang membicarakan yang mungkin mewakilkan ku saat ini.

Di tempat ini. Tempat yang biasa kusinggahi dengan mengulur waktu sudah tidak sama. Ku menoleh mendengar teguranmu kepada teman-teman ku. Dan bukan kepada ku.

Saat ini, ini kali pertamaku bertemu mu di tempat yang sama dengan suasana berbeda. Tak ada tegur sapa manis yang kamu lontarkan dengan sedkit harapanku. Karena ku tau rasa anta saja mungkin tidak mau kamu lontarkan kepada ku. Mungkin.

Aku melihatmu dengan kasat yang seperti biasa. Berdiri di belakang meja,tertawa tidak ringan,menggoda kawan-kawan ku. Itu sangat manis menurut ku. Ku menyesal hanya dapat melihat mu seperti biasa melalui cermin-cermin yang ku lewati di tempat ini.

Namun sudahlah…

Menyayanginmu masih ingin kurasakan sesunggugnya. Melihatmu saja masih ingin ku rasakan sebenarnya. Huhhh ada yang mengganjal.. Mengingat gelagat mu yang seronok membuat ku berhenti dan berfikir sejenak; Mungkin untuk merasakan emosi ku saja karena tingkah mu, itu tak pantas kamu rasakan, apa lagi tetap merasakan sayang ku kepadamu… Tak pantas kamu dapatkan pula.

360 Derajat

Entah kenapa semunya bisa terjadi. Siapa yang seharusnya ku salahkan? Dia,kamu,aku,atau tuhan yang berperan pembuat kisah ini? Nyatanya tidak ada yang bisa kusalahkan.

Awalnya aku yakin atas semua yang kau lakukan. Jernih, memantulkan cahaya seakan aku benar-benar ada didalam bola matamu yang merangsang keotak dan hati, hingga kamu tidak mau tau lagi rasa cinta yang lain.

Sudah cukup lama yang kurasakan tak perlu lagi ku perthankan. Memang benar; “Jika kita mencintainya bukan waktunya kita meninggalkan orang yang kita cinta terjebak dalam hal buruk” namun apa yang bisa aku kerjakan? Tak ada lagi menurut ku.. Bukankah kamu yang ku cinta juga mencintai orang lain? Jika membahagiakan mu dengan tetap seperti ini mampu membuat mu senang (lagi-lagi) apa yang mampu ku perbuat? Ya melihatmu berada di samping ku sudah cukup buat ku senang.

Wadah dalam keseharian mu bersamaku tak lagi sewajarnya. Dia yang menurut mu sempurna,dan kamu yang menurutku sempurna. Ternyata tidak dapat membohongi sikap kita.

Ragamu memang bersamaku,namun hatimu tidak.. Semua terasa ketika dia hadir.. Entah harus ku bilang dalam kehidupan mu,kehidupan ku atau kehidupan kita berdua. Dia tau kamu miliku,kamu pun begitu. Dia pun tau,hatinya bukan untukmu dan aku tau hatimulah untuknya..

Kurasa kaupun tau. Kisah kita tidak semanis dulu,tawamu tidak segurih dulu,pola bicaramu berubah.. Sampai porsi mu kepadanya jauh lebih tinggi dibanding pasangan mu sendiri..

Entah kamu yang menunggunya,atau aku yang terlalu berharap hal bodoh,yang benar-benar sudah kupahami semua tidak akan kembali. Aku tetap ingin bersamamu; “Tak peduli seberapa besar cintamu kepadanya.. Cukup sampai disini yang ku tahu. Selebihnya. aku tak tau dan tidak ingin tau. Yang tepenting buat ku, cinta ini akan terus mengalir deras dalam hatiku, walau dirimu tak seperti hari-hari kemarin” .