Beranda

Minggu, 24 November 2013

Berharap sebuah harapan.

Pagi ini masih tetap sama, dimana cahaya terang masih mau datang untuk menyambut suasana yang mulai berubah-ubah.

Entah kenapa, setiap harinya, gue masih bisa melihat tentang harapan yang mungkin seharusnya sudah pudar.

Di setiap sore. Pandangan masih tetap kabur, dari semua yang benar benar hampir tenggelam. Harapan..

Mata gue tertuju pada kata yang seharusnya hanya tepat untuk yang belum tercapai.

Berharap, masih ada sebuah pencapaian...
Berharap, masih ada sebuah keberhasilan...
Berharap, semua ini bukan hanya sekedar harapan...

Di sekeliling gue, masih banyak orang-orang yang lelah dan terlelap dalam sebuah keinginan, hingga lupa untuk mewujudkanya.

...

Gue jadi inget, jauh sebelum gue tulis tentang gue, disini.

"Ada yang harus di ingat! Bahwa harapan akan tetap seperti lukisan yang terpampang di dinding fikiran, bilamana sang pemilik ruang, tak ingin lagi menorehkan sebuah tinta, satu persatu garis setiap harinya" - nyokap.

Pagi gue dimulai, ada sedikit hal yang buat gue terapung di tengah-tengah keinginan.

Melalui text 140 karakter, semuanya selalu terasa runtuh. Ketidak pedulian, kemasa bodo-an, tak ingin melihat kebelakang. Semua ia tumpahkan dalam satu ikatan. Sampai pagi ini, kembali lagi seperti saat matahari ingin tenggelam.

Mungkin, untuk sebagian orang, berharap adalah hal yang melelahkan. Segala hal..
Termasuk mencoba apa yang sudah di dapat, lalu kembali lepas begitu saja.

Setiap kali melihat apa yang tak ingin di lihat, selama itupun keingin tahuan datang lebih besar. Begitu sebaliknya.. Setiap kali kita dapat apa yang sudah kita inginkan, justru membuat kita jauh tak ingin tahu lagi.

Pernahkah kalian merasa lelah???

Jawab yang tak asing tentunya. Termasuk gue. Entah berapa kali gue ngerasa apa yang gue buat, semua adalah percuma. Ibarat, menatap keindahan dalam satu ruang. Gue hanya mampu membuat setitik tinta pada kertas kanvas, sulit.

Namun, entah kapan gue bisa melihat sebuah pemandangan megah. Dimana, dua rumah berdampingan, matahari tetap bersinar di pagi hari. Rindangnya pohon masih mampu menutupi dua rumah yang megah. Dua orang berayun menatap sejuknya langit cerah. Ya, perlahan namun pasti.

140 karakter gue buang jauh-jauh begitu aja. Hanya kicauan ia yang mencoba membuat gue berhenti di tengah jalan.

Mengharapaknya, membuatnya berpaling padanya, hingga semua tetap terapung begitu saja? Itu bukan cara dimana gue bisa lelah begitu saja.

Apa yang gue tuju?

...

Ia mencoba memberi semua yang ia punya, membuatnya lelah, membuatnya jerah. Sampai yang ia tuju berdamping padanya.

Berapa kali ia mencoba untuk melepas harapanyaa. Berapa kali juga ia tak lagi menengok kearah sini.

Berapa kali ia mencoba meluangkan waktunya, berapa kali juga ia tak lagi memberi sedikit waktunya.

Berapa kali ia mencoba untuk memaksakan dirinya, berapa kali juga ia tak mau memberikan harapanya.

Apa yang gue tuju, nyatanya; sosok yang memiliki tujuaan pula.